Inilah Kabar yang Disampaikan oleh Rasulullah Kepada Setiap Orang yang Memakan Riba

mendapatkannya, ke mana pemanfaatannya? Halal atau haramkah? Baik atau tercelakah? Jual beli atau ribakah?



Jika di dalamnya terdapat riba, ada yang perlu kita hayati dari wasiat Nabi berikut ini. Pasalnya, ayat tentang riba diturunkan di akhir kenabian sehingga tak banyak keterangan yang dijelaskan oleh Nabi, meskipun yang sedikit itu sudah sangat mencukupi bagi mereka yang taat dan cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Abdullah bin Mas’ud menyebutkan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, “Riba terdiri dari tujuh puluh tiga macam.”

Dalam riwayat Imam al-Hakim, ada tambahan kalimat yang berbunyi, “Yang paling ringan seperti menikahi ibunya sendiri. Sedangkah sejahat-jahatnya adalah mengganggu kehormatan seorang muslim.”

Innalillahi… Bukankah ini balasan amat terang yang sangat menyakitkan dan menyesakkan dada? Adakah kita sanggup menanggungnya hingga diri lalai dan enggan berlepas diri dari riba’ yang durjana itu?

Sedihnya, di zaman akhir ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sudah sampaikan isyarat; amat sukar untuk berlepas diri dari riba. Jika pun tidak terlibat, maka ia akan terkena debunya (dampaknya).

“Akan datang suatu masa ketika banyak manusia memakan riba,” sabda Nabi sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah. Para sahabat bertanya, “Apakah manusia secara keseluruhan, ya Rasulullah?” Jawab Nabi dalam riwayat Imam Ahmad bin Hanbal ini, “Yang tidak memakannya pun akan terkena debunya.”

Tsumma na’udzubillahi min dzalik.

Maka di zaman akhir yang penuh fitnah ini, kebanyakan manusia akan bertindak licik sebagaimana perbuatan Yahudi terlaknat. Pasalnya, ketika Allah Ta’ala mengharamkan lemak kepada orang Yahudi, mereka mengubahnya dengan mencairkannya sebelum menjualnya. Kemudian mereka memakan hasil penjualan terebut.

Begitupun riba. Padahal, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud, beliau berwasiat, “Allah Ta’ala melaknat orang yang memakan riba, yang mewakili transaksi riba, dan orang yang menuliskannya.”

Maka betapa banyaknya manusia yang terjerumus dalam riba, sebab tampilannya amat mengesankan. Padahal, Nabi sudah jauh-jauh mengingatkan, “Sesungguhnya riba, meskipun awalnya banyak, namun akhirnya akan menjadi sedikit.” (Hr. Imam Ahmad bin Hanbal dari Abdullah bin Mas’ud)

Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari jahatnya riba dan mencukupkan diri dengan yang halal, meski jumlahnya belum banyak. karena sesungguhnya kenikmatan itu terasa jika selalu merasa cukup. Wallahu A'lam

Sumber : kisah hikmah